Sunday, August 7, 2011

Turbulensi pasca mourinho


KOMPAS.com — Jose Mourinho adalah pelatih yang lekat dengan kontroversi. Namun tak bisa dimungkiri, ia penuh prestasi. Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid telah merasakan sentuhan midasnya dengan raihan berbagai macam trofi bergengsi. Namun setelah "The Special One" pergi, niscaya tim yang ditinggalkannya akan mengalami turbulensi.
Mourinho tiba di Porto pada Januari 2002 untuk menggantikan tempat Octavio Machado. Selama setengah musim berjalan, ia berhasil mengangkat tim dengan performa mantap melalui 11 kemenangan serta masing-masing dua kali seri dan kalah. Pada akhir musim, Porto dibawanya bertengger di posisi ketiga dan ia berjanji untuk memberi trofi juara kepada fans di musim selanjutnya.
Janji itu benar-benar ditepatinya dengan cara yang luar biasa. Pada awal musim 2002/2003, ia membeli pemain-pemain yang dirasa tepat untuk memperkuat serta menjadi tulang punggung tim. Jorge Costa dipanggil kembali dari masa peminjamannya di Charlton Athletic, Nuno Valente dan Derlei direkrut dari Uniao Leiria, Paulo Ferreira dari Vitoria Setubal serta Maniche dari Benfica. Hasilnya, Mourinho sukses mengantar Porto meraih treble winner dengan merengkuh trofi juara Liga Portugal, Piala Portugal, dan Piala UEFA.
Musim selanjutnya, Mourinho mencoba mengangkat tim ke level lebih tinggi dengan melabuhkan Benny McCarthy dari Celta Vigo yang sukses menjadi tumpuan di lini depan tim untuk beberapa tahun ke depan. Selain itu, pemain internasional Portugal, Sergio Conceicao, juga direkrut untuk membimbing dan membagi pengalamannya selama bermain bagi timnas Portugal dan tim-tim papan atas Italia, seperti Lazio, Parma, dan Inter Milan. Itu belum termasuk beberapa pembelian lainnya, seperti Pedro Mendes dari Vitoria Guimaraes dan Bosingwa dari Boavista.
Pada musim keduanya membesut Porto, Mourinho dan timnya terlihat jauh lebih matang dan terorganisasi. Piala Super Portugal berhasil diraih di awal musim dan trofi Liga Portugal pun sukses mereka pertahankan kembali. Di Liga Champions, mereka membuat kejuatan dengan mengempaskan Manchester United di babak 16 besar. Gol telat Costinha berhasil mengantarkan mereka maju ke babak selanjutnya. Mourinho meluapkan kegembiraannya dengan berlari menyisir pinggir lapangan selayaknya ia yang mencetak gol tersebut. Hal itu pun menjadi awal dari timbulnya perseteruan antara dirinya dan Sir Alex Ferguson.